Wednesday, December 27, 2017

Kenalan sama Folksy Magazine...!!!

Begitu tau Folksy, aku langsung jatuh hati 😍  Biasanya yang bikin aku suka pertama itu visualnya, apa yang dilihat, tapi yang ini apa yang aku 'rasa' lebih banyakan porsinya 😁 Kalau udah berbau indie movement, aku langsung naikan derajatnya satu tingkat, haha 😄 Karena semangatnya pasti membara luar biasa, buat bisa mulai, ngejalanin dan mempertahankan sesuai dengan semangat independent masing-masing mereka, dan Folksy Magazine adalah salah satu nya 👌😌

Anak-anak Jogja ini tak gentar dengan 'keterbatasan'nya, justru malah dari situ mereka tambah semangat buat nuangin ide-ide dan unek-unek mereka dalam satu zine. Folksy kece menurut aku karena isi kontennya gado-gado tapi nggak pasaran. Banyak ngebahas tentang hal-hal yang lagi trend diranah yang secluded, nah loh gimana tuh, hihi, yang pada akhirnya jadi cukup eksklusif buatku 😊


Nah, biar lebih kenal deket lagi, aku sempet tanya-tanya Lucia Bertha dedengkotnya Folksy, yuks simak ajah 🙋


Awalnya tercetus dibikinnya Folksy tuh gimana sih? Apa ide awalnya?

Awal tercetusnya agak lupa karena itu dulu aku masih bekerja sebagai Project Manager di sebuah art management di Jogja terus pernah bikin craft zine namanya Magic Fingers zine pas di MFS (begitu MFS vakum, zinenya juga udah nggak terbit lagi) terus ada yang nanya tentang Magic Fingers zine, aku pikir mungkin aku harus bikin lagi tapi pake nama lain biar nggak jadi bahan gono gini dengan anak MFS karena kali ini aku bikinnya sendirian (nggak bawa nama MFS lagi) hahaha. Akhirnya tercetuslah Folksy zine di tahun 2014, waktu itu aku mau menerbitkan folksy pas momen acara jogja zine fair, jadilah juli 2014 pas acara itu folksy edisi 1 terbit. 


Semangat apa yang mau dibawa?

Semangatnya awalnya dari aku suka crafting, handmade gitu, mau mengkampanyekan DIY, mengisi artikel dengan segala hal tentang handmade. Tapi makin lama aku merasa harus diubah karakter majalah folksy agar folksy nanti tidak menjadi majalah hobi yang kebanyakan tutorial doang, jadinya aku merambah ke banyak hal (fashion, ilustrasi, cooking, creative business) dan menjadikan folksy sebagai majalah gaya hidup, karena handmade sendiri sebenarnya ada di setiap kehidupan kita (sudah menjadi gaya hidup). 


Siapa aja orang-orang dibaliknya? Trus kalian kan kerja Tim nih, pembagian tugasnya sesuai kebisaan masing-masing, ato asal siapa yg selo aja, ato gimana?

Folksy memiliki tim 11 orang, dan tidak semuanya ada di Jogja, tapi ada di Jakarta, Solo dan Bali juga. Anak Folksy tidak terlalu suka dipublish dan dikenal namanya haha jadi aku nggak bisa kasi rincian siapa aja :p

Pembagian tugas, hmm, kita selalu ada meeting besar setiap bulan, dan di meeting itu kami merancang 2 edisi sekaligus, dengan pembagian tugas sesuai posisi dan jobdesknya. Mereka boleh mengerjakan kapan saja asal selesai sebelum deadline. Pembagian tugas akan dihandle oleh Managing Director, lalu diteruskan ke Art Director (bersama tim ilustrasi) untuk mengurus konten artwork; tim fotografer beserta tim writers untuk mengurus artikel yang memerlukan foto dan peliputan langsung; dan tim kreatif yang mengurus konten tutorial. Baru setelah terkumpul semua, hasilnya dikirimkan ke aku sebagai Creative Director untuk diulas bersama Art Director dan layout desainer. Seperti itulah kira-kira alur tugas kami.


Ada cerita seru, sedih, seneng nggak pas kerja bareng-bareng? ( karena beberapa teman ada yang bikin bukunya sendiri, jadi pertanyaan ini buat pembanding :) )

Seneng dong kalau bikin bareng karena kalau aku sendiri nggak akan bisa selesai, banyak hal yang harus dikerjakan oleh beberapa orang. Cerita serunya mungkin di aku yang paling merasakan karena aku menghandle 10 orang dengan 10 sifat berbeda, bayangkan! Ada saat mereka cocok, ada saat juga mereka saling nggak cocok, itu jadi bahan sehari-hari, tapi mereka selalu cerita ke aku dan aku juga coba untuk kasi tahu ke semua untuk bisa kompak bekerjasama dalam tim. Serunya lagi entah kenapa ya tim aku seperti terseleksi oleh alam, jadi karakternya Folksy itu nggak perlu lagi aku ajarkan atau aku kasih tau, mereka dalam kehidupan sehari-hari saja sudah "folksy" banget, dan sering kompakan untuk hal yang spontan seperti favoritnya memang yang colorful, artwork dan outfit yang disukai juga colorful, quirky gitu, pokoknya kalau pernah baca folksy dan lihat fashion spread di majalah kita nah seperti itu gaya anak-anak Folksy hehehe.


Sekarang ini banyak media yg beralih ke digital, Folksy tak gentar ya kayaknya tetep di media cetaak, apa alasannya?

Ini adalah pertanyaan yang berkali-kali disampaikan ke Folksy, jawaban kami masih sama, kami tetap akan bertahan dengan bentuk cetak #printisnotdead. Alasannya karena momen selesai tercetaknya Folksy itu paling kami tunggu. Kami tak sabar untuk melihat hasil jadinya, menyentuh tekstur kertasnya satu demi satu (kami dulu agak rewel memilih kertas yng oke untuk majalah), melihat karya kami dalam versi cetak jadinya seperti apa, bau kertas yang sedap, semuanya! Momen paling menyenangkan ya di bagian itu, menunggu majalah Folksy keluar dari percetakan.


Yang aku suka dari anak-anak Folksy, bukan cuma sibuk bikin majalah aja, tapi semangat mereka juga disalurkan di bikin gigs seru macam bazaar, talk show, workshop, masih sisa aja semangatnya ya kalian 👊 Naaaah...tambah penasyaran nggak tuh sama Folksy 😉 Sila kalian yang mau beli Folksy bisa langsung cusss ke SINI !!! Semangat terus ya Folksy Magazine, Lucia dan semua yang ada di Folksy 🙋🙋🙋

PS: semua gambar diunduh dari IG @folksymagazine 🙋


No comments: